Maret 24, 2011

SEBUAH KOMA



Sejatinya kita tak lebih adalah koma. Bentuk peran kita sebagai manifestasi dari sebuah ke-eksistensi-an diri adalah koma. Ritme hidup, siklus dan metamorfosa kebermanusiaan kita sebagai makhluk, selamanya tetap melakoni kaidah sebagaimana layaknya koma. Kita tiada akan pernah mengabadi dalam satu titik, melainkan mengabdi pada sebuah koma. Kita pun senantiasa terus bergerak tak pernah berhenti pada satu titik meski sepertinya kita ternampak sedang berhenti. Pemberhentian kita tak lain adalah kesejenakan dari hakikat sebuah koma.

Kita sampai saat ini adalah perwujudan dari akumulasi deretan koma yang saban waktu menyisipi hari kita. Kelak pun dalam hari-hari lain yang niscaya kita jelang, deretan koma ini akan selalu setia menanti dan melingkupi hari-hari. Kita tiada akan pernah dibiarkan menyendiri tanpa kehadiran dirinya. Kita tidak diperkenankan bahkan tak berdaya menitik pada sebuah titik. karena kita dicipta bukan untuk mendiami dan memposisikan diri sebagai titik. Sepanjang sejarah perjalanan kita sebagai makhluk yang tercipta dan dicipta, koma selamanya menyertai hidup kita. Inti dari kemakhlukan kita adalah koma. koma adalah fitrah semesta.

Hidup kita adalah koma. Denyut dan pernak pernik hidup kita selamanya mengabdi pada koma. Kita didisain dan diperjalankan oleh Sang Maha Titik di atas konsep koma. kesedihan yang kita idap, bahagia yang kita kecap, tak lain adalah aplikasi dari sunnah koma. Tak selamanya kita berlinang airmata. Tidak pula terus menerus bergelimang sukacita. Di antara keduanya ada gap koma yang memberi jeda kita untuk bernapas sejenak. Keberadaan gap koma ini hadir memenggal sesengalan suka dan duka ini untuk mendedahkan hikmah yang mesti kita tafakuri. Dalam tiap sesengalan ini tak usah terjeremabab dalam kubang duka, tak patut pulalah terlena menantikan terbitnya penggalan sesengalan berikutnya. Yang mesti kita tadabburi adalah memaknai dan mengoptimalisasi esensi kesabaran di kala kita berduka. Dan harus pulalah kita mensyukuri karunia bahagia bila kita terlimpahi suka. Dan tentu melalui gap koma ini pulalah kita sedang diajari dan disadarkan kembali bahwa tiada sesuatu pun yang abadi dalam sebuah titik.

Maka, tak usahlah bemuram durja bila terendam duka. Tak patut pulalah pongah bila
Bahagia menyapa. Karena cepat atau lambat mekanisme koma akan segera mengintervensi hidup kita.

0 komentar:

Posting Komentar