Biarkan aku menjadi cermin. Tiada berbentuk. Hanya berwujud. Kemampuanku hanya menampung bentuk. Radial, triagonal, heksagonal, pentagonal hingga poligonal lainnya bisa bersamaan kubenamkan dalam diriku. Aku tak mengenal teori simetrikal. Aku tidak simetris. Pun tidak asimetris. Bukan pula Geometris. Aku nampak seakan-akan tak lebih dari selembar materi yang hanya berdimensi satu. Namun, aku mampu menelan beragam bentuk dua dimensi, tiga dimensi hingga beragam dimensi yang tak terukur bilangannya.
Aku tetap rata tak bebentuk meski dilihat dari selaksa perspektif. Walau kamupun bersengaja berletih-letih menarik garis bidang matamu secara horizontal, vertikal maupun diagonal aku pun tetaplah sama, tak berbentuk. Tak pernah mengejawantah pada sebuah bentuk. Aku membias pada sepenampang teretori alas. Menghilang pada sebuah selapang bidang. Aku bisa menyatu menyemuka menyerupa dengan bidang manapun.
Dalam diriku terangkum pelbagai asosiasi diri. Kamu bisa menemukan dirimu dalam diriku. Diapun bisa menjumpai dirinya dalam diriku. Mereka pula bisa mendapati diri mereka dalam diriku. Aku bisa menampung kamu, dia dan mereka. Jangan paksa saya melokalisir wilayah raga saya dengan hanya melegalkan hak guna, hak pakai dan hak milik hanya untuk kamu. Tidak akan. Karena wilayah ini adalah wilayah publik. Tidak bisa diprivatisasi. Siapa saja bisa mngunjungiku, menggunakanku, memakaiku bahkan memilikiku tapi tidak untuk dimonopoli oleh refleksi tertentu.
Karena aku memiliki fleksibilitas rupa, maka aku bisa menyerupai segala macam antah berantah rupa. Kamu takkan pernah bisa menemukan hakikat rupaku. Bila pun toh kamu bersikeras mengiktikadkan hatimu bahwa ini adalah rupaku, maka ketahuilah bahwa yang kamu yakini sejatinya adalah rupamu sendiri.
Maka, janganlah sekali-kali menertawai diriku. Karena sebenarnya yang kamu tertawakan adalah dirimu sendiri. Tak usahlah kamu tersenyum padaku. Karena sesungguhnya kamu menghadiahkan senyum itu hanya untuk dirimu. Janganlah pula kamu iba menangisiku. tidak ada yang kamu tangisi melainkan kamu sedang menangisi dirimu sendiri. Aku resisten terhadap polah emosi yang ditikamkan padaku. Aku kedap emosi. Tak beraksi maupun bereaksi. Bila kamu melihat gelagat responku, maka sejatinya itu adalah pantulan energimu sendiri. Gambaranku adalah gambaranmu.
Kalau kamu amati diriku, tak ada yang terlintas dalam benakmu selain “betapa sempitnya cermin ini!!”. Padahal bila sejenak kamu mau melenyapkan dirimu dalam diriku niscaya kamu akan menemukan lipatan-lipatan maya yang tersembunyi dalam selaksa matra sisiku. Dan Bila lipatan-lipatan itu dibentangkan maka cukuplah untuk sekadar menelan dirimu. Bahkan semesta pun terserap dalam diriku. Keluasanku berbanding lurus dengan bidang pandangmu. Volume diriku takkan pernah terbatasi oleh sepotong rumus matematis.
Cermin ini, meski tiada berbentuk, sejatinya memiliki horison keluasan. Tiada yang dapat ia hadirkan melainkan kelapangan, kelegaan, kedalaman, dan ketakterhinggaan. maka, biarkan aku tetap menjadi cermin.
"Let me just to be a mirror"
0 komentar:
Posting Komentar