Menangkal Tontonan “Buruk” Melalui Revitalisasi Membaca
Rambo. Masih ingatkah kita dengan nama lakon yang satu ini. Nama lakon yang sekaligus nama film fenomenal 80-an, film box office genre perang dengan tiga sekuel yang dibintangi aktor laga legendaris, Sylvester Stallone. Untuk ukuran seusia penulis waktu itu, rasa-rasanya tidak ada yang tidak kenal dengan yang namanya Rambo.
Dengan kisah heroiknya yang luar biasa, Rambo bisa mengambil alih hati dan merampas perhatian anak muda kala itu. Rambo menjadi buah bibir di mana-mana. Karakter dan ciri khas Rambo pun menjadi trendsetter. Maka, gaya macho, muka belang-belang hitam jelaga dan rambut gondrong dengan ikat kepala khas gaya Rambo banyak digandrungi. Yang lebih ekstrim, lengan mereka ditato gambar bendera Amerika sebagaimana Rambo. Memang siapa yang tak ingin seperti Rambo? Dipuja di mana-mana. Rambo benar-benar menjadi ikon masa itu.
Film Rambo menceritakan perang antara Amerika dengan Vietnam yang menurut. alur awal film menggambarkan keterdesakan Amerika. Pasukan tentaranya dibuat kocar-kacir hingga datanglah sesosok tentara AS gagah perkasa. Dengan peran single- nya mampu merubah keadaan dari terdesak menjadi mampu memukul mundur Vietnam. Dengan keberaniaannya seorang diri, Rambo mampu meluluhlantakkan dan menaklukkan Vietnam.
Memang, kehebatan Rambo bisa membuat siapa saja terkesima. Tapi, sadarkah anda bahwa anda telah dibohongi. Sebenarnya sosok Rambo hanya rekayasa belaka. Skenarionya penuh dengan pemutarbalikan fakta. film ini memang bersetting sejarah namun isinya telah menyimpang jauh dari sejarah aslinya. Amerika yang digambarkan menghajar Vietnam bulan-bulanan melalui aksi tunggal Rambo, sebenarnya adalah pecundang sesungguhnya.
Dalam catatan dokumen kemiliteran Amerika, disebutkan sejak tahun 1961 sampai 1967 Amerika telah mengirimkan total 3,3 juta tentara. Dari jumlah tersebut, 57.000 tewas, 300.000 cidera/cacat, 700 ditawan dan 5000 hilang. Belum lagi yang telah pulang ke negaranya rata-rata mengalami mental disorder, gangguan berat mental. Mereka pulang membawa trauma berkepanjangan. Sebagian besar dari mereka mendekam di rumah sakit jiwa. Tak sedikit yang telah gila juga jadi gelandangan. Kondisi ini jauh bertolak belakang dengan opini yang terhunjam dalam benak setelah menonton film Rambo.
Hebatnya lagi, film ini mampu menggiring opini penonton pada pengakuan universal tentang superioritas Amerika. Apalagi bagi mereka yang tidak sadar sejarah, maka dengan mudahnya opini yang dibentuk sedemikian rupa memagut erat alam bawah sadarnya. Sehingga yang ada adalah imej hegemoni Amerika tertanam kuat dalam relung sadarnya. Bagaimana berpengaruhnya film ini pada penonton?
Dalam istilah psikologi behaviorisme, ada teknik yang disebut conditioning, pengondisian emosi seseorang pada tingkatan tertentu sebagaimana yang diinginkan. Kita disuguhi dengan banyak adegan mengharu biru, yang membuat mata kita sembab. Kadang pula kita dibuat terpikat dengan sang protagonis yang gagah berani. Jika emosi kita telah terbajak, peran alam sadar yang sangat vital untuk mencerna dan menyeleksi pesan pun menjadi pasif –karena ia bekerja secara sitematis, rasional, logis dan kedap emosi-. Kemudian yang mengambih alih adalah kerja alam bawah sadar yang sangat sensitif dengan emosi.
Karena cara kerja alam bawah sadar menampung segala informasi yang masuk tanpa menyaring terlebih dahulu. Alam bawah sadar tak bisa membedakan mana informasi realita dan rekaan. Maka semua pesan yang mendompleng film Rambo akan tersimpan utuh dalam bentuk seperti realita adanya. Sehingga tanpa sadar kita telah membenarkan sejarah yang sudah dimanipulasi ini. Akhirnya terjadilah indoktrinasi dalam diri kita untuk mengakui superiotas Amerika, seketika kita pun merasa inferior di hadapanya.
Namun hal ini akan sulit terjadi, jika penonton tahu dan benar-benar sadar sejarah. Sepanjang kita masih mau belajar dan sudi membaca, informasi palsu akan bisa terdeteksi. Kita pun lebih terjaga dan aware dengan yang kita tonton. Bagaimanapun canggih dan halusnya doktrin yang menbonceng, kalau kita telah punya stok pengetahuan yang memadai, maka tidak akan ada istilah korban tontonan.
Karenanya, tingkat keterpengaruhan kita pada dasarnya terletak pada keberlimpahan pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan tidak akan tersedia jika kita tidak intens membaca. Sedari itu percerdaslah membaca, bijaklah mencerna. Pertajam saraf kehati-hatian kita terhadap apa yang kita tonton. Karena masih banyak “Rambo-Rambo” lain gentayangan. Sinetron, infotainment maupun acara hiburan lainnya adalah “Rambo-Rambo” dengan wajah lain yang sedang mendrakulai kehidupan kita sehari-hari. Jika kita lengah, maka “taring” doktrinnya bisa menggigit opini dan gaya hidup kita. Dan lambat laun mereka pun akan menghisap mental karakter kita. Jika mau selamat, rajinlah membaca.
Maret 13, 2009
BACALAH, MAKA RAMBO TAKLUK PADA ANDA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar