Tanggapan Atas Kecurigaan Banwaslu Terhadap Demo Kader PKS (2/1/2009)
Sangat sulit dimengerti, di saat sekelompok orang berusaha berbuat baik justru malah deraan kecurigaan dituai. Maksud hati turut menunjukkan empati terhadap saudara kita di belahan dunia lain yang sekarang negerinya dibombardir tanpa ampun oleh sang penjahat perang sombong, keparat Israel. Eh.. Banwaslu, yang katanya punya peran vital mengawal pesta demokrasi sibuk mengendus, mencari-cari "kemungkinan" kecacatan aksi solidaritas yang digelar PKS di bunderan HI, jumat 2 Januari baru-baru ini.
Dalam berita yang dilansir Jawa Pos (3/1/2009) halaman ke-2 dituturkan bahwa salah satu anggota Banwaslu, Bambang Eka Cahya Widodo mencurigai adanya motif kampanye terbuka di belakang aksi demo kader PKS. Dengan hanya berpatokan pada atribut-atribut partai yang memang banyak dibawa peserta juga dari laporan keresahan dari beberapa golongan masyarakat – entah golongan mana yang dimaksud- Banwaslu meyakini ada indikasi penyusupan misi kampanye. Bahkan Pihak Banwaslu berencana mengusut dan memperkarakan "pelanggaran" tersebut.
Selang satu hari, dalam media yang sama, koordinator nasional dari sebuah lembaga independen , JPRR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat), Jeirry Sumampow mengamini apa yang dicurigai oleh Banwaslu. Malahan Jeirry menambahkan perlu adanya teguran kepada PKS. Namun, Tiffatul Sembiring, presiden partai tertuduh, membantah jika partainya sengaja menunggangi demo tersebut dengan misi kampanye. Urang minang tersebut justru menantang Banwaslu untuk menemukan bukti-bukti adanya motif kampanye.
MANA YANG LEBIH URGEN?
Apakah masih relevan di saat bencana kemanusiaan terjadi bebarengan dengan masa kampanye, kebebasan berekspresi terdistorsi oleh aturan-aturan kaku yang kurang menoleransi. Sudah tidak laik lagi untuk mengungkit keabsahan aksi demo di saat masyarakat membutuhkan media untuk menumpahkan kekesalan mereka terhadap serdadu biadab Israel. Bagaimana bisa Banwaslu masih sempat saja mencurigai aksi demo tersebut. apakah mereka tak menyadari bahwa reaksi spontan kegeraman beberapa komponen bangsa atas kebengisan Israel dengan membawa identitas komunitasnya merupakan sebuah kewajaran yang masih bisa diterima.
Suatu hal yang biasa bahwa suatu aksi tertentu pasti membawa serta "baju" yang menunjukkan identitas mereka. Panji, spanduk atau apa saja yang berhubungan dengan komunitas tersebut jamak diketahui. Mungkin yang sedang diributkan Banwaslu hanyalah sekedar kebetulan saja yang memang aksi demo yang digelar mendekati masa-masa kampanye. Namun apakah alasan ini yang membuat Banwaslu memperkarakan aksi demo mereka?.
Kalau kita mau jujur dan sedikit fair, sebenarnya bukan kali ini saja PKS menggelar aksi serupa menentang agresi begundal Israel. Bukan di momen kampanye saja partai tersebut menyuarakan aspirasi, di saat dibutuhkan untuk berdemo partai ini bergerak, aksi mereka bersifat aktual dan spontan, bahkan jauh sebelum masyarakat dunia ramai "mempergunjingkan" kepongahan Israel, PKS, sebagai parpol telah lama berteriak lantang. Bisa dikatakan, secara internasional, -dengan tidak bermaksud mengurangi peran ormas dan elemen masyarakat lain- parpol inilah yang mempelopori adanya penentangan agresi militer Israel, mereka paling konsisten memperjuangkannya. Lalu, Apakah kita masih mencibir aksi ini sebagai akal-akalan kampanye saja?.
Teramat sangat naïf jika kita langsung mencap aksi demo ini ditunggangi kepentingan kampanye. Jika hal ini dijadikan patokan, maka jangan harap parpol-parpol yang lain –yang seharusnya menjadi cororng aspirasi rakyat- tergerak mengekspresikan kemarahan mereka kalau sedikit saja sudah keburu diklaim "opportunis", memanfaatkan situasi. Bukankah lebih baik peristiwa ini dijadikan tolok ukur sederhana untuk menilai sejauh mana kepekaan "urat saraf" para penyambung lidah rakyat (parpol) yang jumlahnya kian membiak.
Selain itu, mestinya kita mengambil pesan sisi kemanusiaannya. Bukan malah meributkan tetek bengek yang kurang urgen diketengahkan. Memang benar peristiwa palestina sudah menjadi isu global saat ini, tapi bukan berarti pengerahan ribuan massa dengan mengusung identitas tertentu menjadi hilang kebermaknaannya. Bukankah demo besar-besaran ini setidak-tidaknya bisa menekan agresor Israel untuk mengurungkan niat bejatnya. apalagi jika segenap partai dan seluruh komponen masyarakat ikut bergerak, tentu akan jauh lebih berdampak
Setidaknya suara yang kita teriakkan bisa menenangkan kenestapaan hati bocah palestina tak berdosa. Apalagi kontribusi kita bisa berwujud rupa. Dalam hal ini kita harus bangga pada pemerintah kita –meski kita masih harus menuntut lebih dari pemerintah-, rupanya pemerintah kita selangkah lebih tergerak dibanding negara lain. Apalagi negara-negara liga arab yang bak "macan tolol" kehilangan "taringnya".
Eman. Sungguh sangat eman. Energi kita terkuras sia-sia hanya untuk mempersoalkan kelegalan aksi ini. tidakkah lebih baik kita "bercapek-capek" menghujat kedzoliman Israel. Ikut larut dalam gemuruh kemarahan masyarakat , menentang agresi Israel bejat. Bukankah aksi ini merupakan perwujudan dari keteguhan kita menjunjung amanat "founding father" kita. Betapa berharganya bila kita berpeluh karenanya. Ikut berperan meneriakkan anti penjajahan.
Sungguh tidak arif jika Banwaslu masih saja "ngotot" mengorek-orek "behind message" aksi demo PKS. Suudzon yang yang kurang tepat ditempatkan ini selayaknya kita tangguhkan sejenak. Mari kita sedikit mengendorkan urat leher kita, mari kita lebih membuka mata lebar-lebar. Kita jangan hanya terlalu menyorot indikasi adanya motif lain (kampanye) di balik aksi PKS. Esensi misi yang mereka usung jauh lebih berarti dan urgen daripada hanya meributkan hal "kekonyolan" ini.
Sudahlah, sudah. Jangan terlalu dipolitisir. Apa yang mereka pertontokan sebenarnya hanyalah merupakan refleksi kemarahan yang sudah tak bisa ditahan. Urat saraf mereka bagai tertusuk ratusan jarum melihat negeri palestina di bumihanguskan. Emosi siapa yang tak membuncah melihat kebiadaban ini. Tidakkah mereka tak tersentuh melihat bocah-bocah Palestina dibantai. Tidakkah mereka mendengar jerit tangis kepiluannya di antara desingan peluru dan dentuman martir bajingan Israel. Nyawa tak berdosa menguap sia-sia bersama pekatnya asap hitam yang mengepul di sela-sela reruntuhan bangunan sipil yang diluluhlantakkan oleh si "perompak tanah" durjana, Israel laknatullah.
Maka, sangat "out of date" bila Banwaslu –atau siapa saja- masih terus saja meributkan hal ini. Akan terkesan lebih bijak jika kita mengamini dan mengapresiasi aksi mereka, daripada hanya sekedar berpangku tangan, ongkang-ongkang menutup telinga apalagi menghujat sinis aksi mereka. "Aah.. itu hanya akal-akalan PKS untuk menaikkan pamor menjelang pemilu…".
Dan, tentu akan nampak lebih terhormat bila kita singsingkan lengan baju, slempangkan slayer, berderap bersama turun ke jalan satukan atribut kita dari mana saja kita berasal, lalu angkat tinggi-tinggi panji kita, teriakkan bahwa kita bangsa yang sangat anti penjajahan, kita adalah bangsa yang alergi terhadap ketidakadilan, bangsa yang masih punya hati nurani. Mari kita buktikan bahwa "urat saraf " kita masih sehat.
Februari 03, 2009
URGENSI BENCANA KEMANUSIAAN PALESTINA DI ANTARA TUDINGAN KECURIGAAN TAK BERDASAR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Bos ini bukan masalah baik atau tidak. ini masalah prosedur. PKS adalah partai politik dan sekarang adalah masa kampanye tenang. selama itu tidak boleh ada partai yang mengarahkan masa dengan membawa alat peraga.apalagi tentang peletina ada dalam visi misi PKS jadi semuanya sudah masuk dalam unsur kampenye terbuka.
logikanya sama misalnya partai buruh yang punya visi misi keburuhan berdemo tentang buruh dan membawa alat peraga.
JADI LIHATLAH logika masing-masing. jangan apriari apalagi berdasarkan subjektivitas.
hehehe. selamat berjuang Bro...
Posting Komentar