Dari Membaca Peradaban Bermula
Selagi asyik selonjoran di masjid, punggung kusandarkan pada tiangnya, sedang angin isis berhembus lembut, penat yang memberat terasa ringan menguap, lamat-lamat terdengar lantunan suara orang mengaji di balik jendela kaca dalam masjid. Suaranya lirih. Nyaris tak terdengar. Namun aura kebersungguhan nampak jelas dari intonasi dia mengaji. Petikan tiap ayatnya siratkan kesempurnaan dia mengaji. Tarikan dan hembusan napas tepat pada tempatnya. Tak pernah terlewat atau berlebih, semua teratur, terasa pas. Sungguh minatku untuk menyimak semakin tergugah.
Kupasang telinga lebar-lebar. khawatir ada satu kalimat tak terdengar terlewat. jidat yang tadi kuelus mulus, berubah agak berkerut. Rupanya aku mulai serius nih, batinku.
Kembali telinga kuarahkan ke arah sumber suara. Kepekaan gendang telinga kupertajam. Volume konsentrasi kunaikkan hingga mendekati batas maksimum. Perlahan aku mulai menenggelamkan diri pada indah bacaannya. Seperti ada intervensi magis, aku terlarut dalam perjalanan panjang perenungan.
Satu persatu ayat-ayat melayang deras ke telinga. Dengan sedikit khazanah bahasa arab yang masih belepotan, kucoba memahami makna. Bak mengunyah makanan, kukunyah tiap petikan ayat yang kudengar. “Ya Allah ampunilah keterbatasan ilmuku jika aku tersalah memahami setetes ilmu-Mu” doaku dalam hatiku.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat. “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan seseorang yang akan membuat kerusakan padanya dan bertumpah darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al Baqarah-30)
Sejenak kutertegun tatkala telinga disapa ayat ini. Ada ekstasi menyeruak di hati.. Entah kenapa tiba-tiba aku tertarik pada “percakapan” sakral ini. Aku merasa ada yang janggal di sini. sungguh ayat ini sisakan misteri.
Bagaimana tidak. Malaikat yang kukenal selama ini sangat loyal pada Majikannya, tiba-tiba berani menggugat. Kalau saja mau mengukur tingkat loyalitas sang malaikat di antara semua makhluk ciptaan-Nya, dijamin tidak akan pernah ada yang menyamainya, apalagi hanya sekedar pejabat-pejabat di sono itu yang di bahu dan dadanya tersemat rentengan aneka bintang penganugerahan, wuaaah… gak ada sekukunya bo!.
Mengapakah Malaikat yang kutahu setiap Majikannya bertitah selalu berucap “siap laksanakan!” kok mendadak menyanggah. Dengan tanpa sungkan, malaikat berani interupsi, bahkan dengan “belagu” malaikat menggugat. Ada apa dengan malaikat?. Adakah gugatan malaikat mengandung kebenaran?.
Menariknya lagi, Sang Maha Pemilik Titah sedikitpun tak menampakkan kemarahan-Nya tatkala para “staff” setia-Nya berani menginterupsi “master plan”-nya. Malah dengan keMahaLembutan-Nya, Dia berujar “diplomatis”, “Hai para malaikat-Ku yang setia Aku ini mengetahui rencana-Ku lebih dari apa yang kalian tahu!”.
Dalam awang pikiran berkecamuk pertanyaan. Bagaimanakah malaikat tahu seolah-olah malaikat dapat bocoran tentang adanya profil makhluk ini, bukankah Allahlah Sang Pemilik teknologi anti sadap tercanggih. lagipula Allah “mempresentasikan” proyek besar-Nya sekonyong-konyong pada saat itu saja. Allah pun belum pernah mengadakan “jumpa pers” sebelumnya kepada malaikat.
Aku mulai mencoba mereka-reka “percakapan” unik ini. Bisa jadi makhluk yang dirasani malaikat benar-benar berkarakter amoral brutal kerjanya hanya saling bertumpah darah, menghabisi satu sama lain. Lagi pula Allah sendiri sama sekali tidak menyanggah uraian malaikat. Jawaban Allah terkesan tidak mengiyakan dan juga tidak membenarkan praduga malaikat. Seolah-olah sanggahan malaikat benar adanya.
Jika kucoba ”cross check”. Setelah makhluk yang ternyata bernama manusia tercipta. Aku terperangah. Ternyata dugaan malaikat tak meleset. Manusia benar-benar punya insting perusak. Di sana sini kerusakan olah tangan manusia tak terbendung. Alam yang diamanahi Tuhan perlahan berubah ekosistemnya, keseimbangan Njomplang. Di belahan dunia manapun banyak terjadi tragedi kemanusiaan. Sepanjang sejarah manusia pentas pembantaian tergelar, bahkan nyaris setiap perang berakhir, berakhir pulalah eksistensi komunitas tersebut.
Apakah ini misi tuhan menciptakan manusia?. Tidak. Sama sekali tidak. Apa maksud di belakang rencana Tuhan menciptakan khalifah?.
Belam sempat terjawab. Tiba-tiba ayat selanjutnya terdengar mengalun,
“Dan Dia mengajarkan kepada adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman : “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”. (Al Baqarah-31)
Seketika malaikat terhenyak mendengar pertanyaan Allah. “Sidang” mendadak senyap. Semua membisu tak ada satupun mampu menjawab sebagian kecil rahasia ilmu Allah. Nampaknya malaikat menyadari “kebodohannya”. Seketika para malaikat serempak tertunduk malu.. dan ayat pun kembali mengalun ;
” Mereka berkata (malaikat) : Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami ; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al Baqarah-32)
“ Allah berfirman ; Hai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda (ilmu) ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan?.” (Al Baqarah-33)
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : sujudlah kamu kepada Adam. Maka sujudlah mereka kepada Adam kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Al Baqarah-34)
Ayat-ayat terus deras mengalun. Satu persatu Ayat menceritakan Adam diperintah mendiami surga sepuasnya. segala fasilitas dan hasil sumber daya alam surga diperkenankan dijamah sesuka hati adam beserta istri. Kecuali satu pohon yang dilarang mendekatinya.
Namun, tipu daya iblis mampu merontokkan hati adam untuk melanggar larangan Allah. Adam yang cerdas akhirnya terjerembab dalam kubangan dosa. Rupanya napsu adam telah menguasai kecerdasannya. Spiritualitas Adam terkoyak. Maksiatnya pun mengantarkan dia terusir dari surga.
Aha!… pertanyaan yang belum sempat terjawab sedikit terkuak. Secercah hikmah yang tersirat mulai menyeruak.
Seketika Adam tercipta. Allah segera memperkenalkan nama-nama benda yang terserak di surga. Allah mengajaknya belajar membaca rahasia segala hal. Membaca beragam ayat-ayat Allah yang terhampar di selaksa semesta. Hari-hari pertama Adam sungguh disibukkan dengan membaca, membaca, dan membaca.
Bahkan, demi proyek besar ini, Allah pun “turun” langsung membina Adam membaca.
Allah membimbingnya membaca, “privat”, sendiri, tanpa perantara.. Sepertinya Allah menyengaja mengatasi “bimbingan belajar” ini tanpa mendelegasikan tugas pada makhluk-Nya yang lain. Allah benar-benar mengistimewakan si makhluk “bungsu” ini melebihi makhluk manapun.
Aktivitas pertama Adam memiliki visi jelas jauh ke depan. Memori Adam yang masih perawan diisi dengan hikmah-hikmah ilmu yang tidak mampu dijangkau oleh makhluk lainnya. Sebelum motoriknya berkembang sempurna Allah telah menanamkan kecerdasan dalam otaknya. Allah menghunjamkan pada jiwa Adam semua kebijaksanaan Rupanya Adam diarahkan pada sosok karakter makhluk yang berperadaban. Untuk mengemban amanah sebagai khalifah di bumi, adam hanya dibekali kemampuan membaca. Sekali lagi, membaca.
Sebegitu pentingkah membaca, sehingga Allah memerintahkan Adam untuh membaca sebelum perintah yang lain? Seberapa vitalkah, sehingga budaya membaca ditanamkan sejak dini pada diri Adam?
Kalau ditarik jauh kedepan, setelah cicit Adam berpuak-puak, secuil rahasia Tuhan terpecahkan. Ternyata budaya membaca sangat menentukan seberapa tinggi kita memiliki peradaban. Banyak peradaban dibangun dari buah pikir hasil membaca. karya-karya agung manusia berdiri di segenap penjuru negeri terlahir dari tangan-tangan bangsa yang mengagungkan membaca. Maju mundurnya suatu bangsa bisa dilihat dari seberapa istimewanya kedudukan membaca dalam hatinya. Jika budaya membaca sudah tercerabut dari hatinya jangan harap kemajuan akan teraihnya.
Siapa sangka bangsa jepang yang kotanya hancur diluluhlantakkan tentara sekutu pada perang dunia pertama kini tiba-tiba mampu menyamai kemajuan Amerika. Tak terlintas dalam pikiran negeri yang ribuan rakyat serta orang terbaiknya lenyap sekejap oleh bom nuklir berdaya ledak dahsyat dengan panas melebihi 1 juta derajat celcius mampu membangun kembali negerinya bahkan jauh melampaui kemajuan bangsa yang lebih dulu mapan.
Coba kita bandingkan dengan Indonesia, bangsa yang lebih awal menata negerinya setelah terbebas dari keterjajahan (indonesia merdeka setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibombardir tak bersisa). Namun nyatanya bangsa jepang melesat jauh meninggalkan Indonesia yang masih tertatih-tatih mengejar ketertinggalannya.
Apa gerangan yang telah dilakukan jepang? Ternyata pasca perang jepang menggalakkan program pembelajaran besar-besaran. Guru yang tersisa dihimpun, padanyalah diserahkan amanah membangun kembali negeri yang telah porak poranda. Putra yang terbaik dikirimnya ke luar negeri. Sang kaisar berkeyakinan bahwa hanya dengan membangun kembali budaya membaca dan belajar, negeri ini kembali bangkit.
Akhirnya terbukti. Bangsa jepang menjadi bangsa yang sangat menghargai buku. Menjadi bangsa yang benar-benar sangat doyan membaca. bangsa yang memiliki tingkat konsumsi tinggi terhadap buku. Adalah suatu pemandangan yang lumrah jika di setiap sudut jalan, dalam bus maupun kereta ditemui rakyat jepang sibuk “mengunyah” buku. Maka tak heran jika bisa mendahului bangsa lain yang lebih lama maju. Lalu, Indonesia? Boro-boro membaca, sekedar menenteng buku saja sudah disinisin oleh yang lain, “ koyo yo yo’o ae. Ojo keminter coy!..”. Di Indonesia membaca masih dinomorsebelaskan, nasib buku tak lebih dari pembungkus kacang saja. Tragis!
Membaca pun juga mampu meminimalisir keterbelakangan suatu bangsa. Bahkan bangsa yang barbar sekalipun bisa dirubah karakternya hanya dengan membaca.. jazirah arab dulunya kawasan tak bertuan, sebuah kawasan yang dikuasai oleh kelompok-kelompok suku yang saling berperang satu sama lain. Bangsa arab adalah bangsa yang suka mengubur bayi perempuannya hidup-hidup. Bagi mereka wanita hanya membawa kemalangan, memilikinya merupakan aib terbesar. Di sepanjang jazirah arab praktik perbudakan tak berperikemanusiaan telah lama berlangsung. Bahkan daerah ini pun merupakan pusat terbesar pasar bebas perbudakan di zamannya.
Namun setelah kedatangan Islam semuanya berubah. Agama yang meletakkan perintah Iqra’ (membaca) sebagai perintah pertamanya bangsa arab menjelma menjadi bangsa besar. Dengan menempatkan membaca sebagai landasan utamanya, bangsa yang dulu kerdil mampu menaklukkan dua legenda imperium besar, romawi di Eropah dan Persia di Asia. Bangsa yang sebelumnya gemar mengubur anak perempuan kini menjadi bangsa yang pertama kali mengangkat dan melindungi harkat martabat dan derajat wanita. Bangsa yang mana hak-hak hidup budak tak dianggap telah berubah menjadi bangsa yang memelopori persamaan hak, seketika budak-budak banyak dimerdekakan. Serta merta diskriminasi rasial (pemicu utama perbudakan) lenyap. Semua ini tak lain dan tak bukan karena geliat membaca telah mengakar membentuk karakter baru sebagai bangsa berbudaya membaca.
Namun membaca pun tak mutlak bisa mengendalikan karakter barbarisme suatu bangsa. Membaca pun bukan garansi utama mampu mengikis kejahiliyahan akhlak suatu bangsa. sang bapak manusia pun, yang malaikat tunduk takzim padanya karena kecerdasannya bisa terusir dari surga karena kelengahan pada napsunya. Adam terperangkap pada jerat-jerat ketamakan yang diimingi-imingi iblis. Adam melalaikan larangan Allah karena tergoda napsu keserakahannya.
Maka jangan heran jika Israel yang kesohor dengan bangsa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata bangsa lainnya. Bangsa tak bertanah (Negeri Israel sekarang tuh hasil merampok tanah bangsa lain) yang jumlah rasnya tak sampai 20%nya penduduk bumi dengan kegemarannya membaca mempu mengendalikan dunia, masih saja berkarakter brutal. Begitu banyak kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka hanya disebabkan karena napsu angkaranya. keserekahannya telah membatu, kecongkakan menganak pada benaknya.
Seolah baru mendapat setetes hikmah dari lautan kebijaksanaan. Kuterpekur lama. Perlahan kuterangguk sendiri. “ …..Ternyata Tuhan punya misi agung dengan membaca. Memang tak bisa dipungkiri, manusia punya naluri dasar perusak, tapi bukankah dengan membaca watak tersebut bisa dieliminir. Namun membaca saja pun tidak cukup, harus ada kekuatan moral yang bersumber dari kecerdasan spiritual sebagai pengawal.. Antara membaca dan kebersahajaan sikap dengan menanggalkan napsu serakah peradaban dunia kan tercipta. Membaca memang segalanya tapi tanpa cahaya hikmat membaca tak ada artinya. Adam, bapakku. Telah terusir hina dari surga akankah kan kuulangi??…..”
“mas!..mas!…mas!! ku terkejut tergagap. Suara halus mnyadarkanku. Ku kerjap-kerjapkan mata. Kulihat seorang anak muda berpeci putih tersenyum melihatku. Rupanya pemuda ini yang sedari tadi kusimak mengaji. “ Tadi kulihat mas bicara sendiri. Kebetulan aku baru saja selesai mengaji. Kuhampiri mas lalu kubangunkan”.
Kutersadar. Nampaknya kuterlelap lama dalam perenungan. “ Oh ya mas, ini al-Qur annya, tadi kutemukan di samping jendela lantas kubaca. Terima kasih. Besok boleh kubaca lagi ya mas?..” Tanpa menunggu jawaban dariku seketika anak muda itu ngeloyor pergi. Ku terbengong. Hingga tubuhnya perlahan mengecil menghilang lenyap dari pandangan.
Abdul Rohman
STO Gunung Anyar
Read More......